Cast :
v Park Chorong
v Kim Joon Myeon /
Suho
v Park Jung Soo
v Mr and Mrs Park
v Choi Minho
v Lee Soo Man
v Oh Jin Hee
Genre : sad, romance
Length : twoshot
Author : Wulandari
Facebook : Wulan Dari (Elfofsparkyu)
Facebook : Wulan Dari (Elfofsparkyu)
Twitter : @wulan_cho
Disclaimer : this is from my own idea written in
July 23, 2015 at 07.02 p.m.
Chorong
mulai mengepak kembali beberapa pakaiannya, padahal baru beberapa hari pakaian
itu keluar dari koper. Setelah usai mengepak pakaian dan keperluan yang
lainnya, Chorong hendak beranjak keluar dari kamar namun ibunya datang
menghampiri.
“Chorong-ie”
ucap ibunya dan membelai rambut lembut Chorong.
“Ne
eomma?”
“Apa
kau sedang mengalami hal yang sulit chagi? Kau bisa membaginya dengan eomma”
Chorong
tersenyum, ia tak ingin membuat ibunya khawatir. Jadi ia memutuskan untuk
memendam masalahnya itu. Hanya Jung Soo yang tahu kalau ia telah lama menyukai
Joon Myeon.
“Aniya
eomma , nan jeongmal gwenchana”
“Arraseo,
tapi kau harus berjanji untuk tidak memendam masalahmu sendirian” pinta Nyonya
Park.
Chorong
mengangguk patuh. Mereka berdua berjalan menuju halaman depan karena Jung Soo
sudah menunggu Chorong. Chorong mencium kedua pipi ibunya sebelum pergi.
Gadis
itu menggerutu kesal karena Jung Soo sudah memenuhi kursi depan dengan
kotak-kotak obat. Chorong tidak dalam suasana hati untuk bertengkar dengan Jung
Soo. Gadis itu akhirnya mengalah pada Jung Soo untuk pertama kalinya dan duduk
di kursi belakang.
Jung
Soo menahan tawanya sebelum akhirnya melajukan mobil. Chorong memasang
headphone dan mulai tertidur karena rasa kantuk yang melanda. Maklum saja,
porsi tidur semalam sangatlah kurang bagi Chorong, ia baru bisa terlelap pukul
lima pagi dan terbangun kembali pukul tujuh pagi.
Mobil
Jung Soo berhenti di depan rumah Joon Myeon. Namja itu sudah menunggu di depan rumahnya. Jarang
sekali putra seorang pengusaha kaya mau menunggu di depan rumah seperti itu.
“Apa
kau menunggu lama Joon Myeon-ah?” tanya Jung Soo yang keluar untuk membuka
garasi dan memasukkan koper Joon Myeon. Ia akan memanggil Joon Myeon dengan
santai saat tidak sedang bekerja. Begitu pula dengan Joon Myeon yang sudah
menganggap Jung Soo seperti kakaknya.
“Aniya
hyung, aku juga baru saja keluar”
Joon
Myeon membuka pintu mobil dan sedikit terhenyak melihat Chorong yang tertidur
pulas. Ia masuk dan duduk di samping Chorong dengan hati-hati.
“Padahal
masih di Seoul tapi gadis itu sudah tertidur seperti sapi” ucap Jung Soo.
Namun
Joon Myeon tidak sepemikiran dengan Jung Soo. Baginya Chorong yang tengah tertidur
justru terlihat manis seperti seorang bayi.
Selama
perjalanan Chorong masih saja tertidur dengan pulas. Jung Soo yang tengah
mengemudi sesekali mencuri-curi pandang pada Joon Myeon yang terus saja
memperhatikan Chorong. Melalui cermin mobil, ia dapat melihat Joon Myeon yang
tersipu karena Chorong tanpa sadar menyenderkan kepalanya pada bahu Joon Myeon.
Mobil
Jung Soo berhenti di depan sebuah klinik di pedesaan yang ada di Mokpo. Jung
Soo keluar dari mobil dan mulai mengeluarkan koper-koper dari bagasi.
“Hyaa
kenapa aku seperti sopir yang mengantarkan majikannya untuk pergi bulan madu” gerutu
Jung Soo pelan, hanya dirinya yang bisa mendengarkan celotehannya.
Sementara
itu Chorong mulai terbangun dari tidurnya. Gadis itu menggeliat pelan, indra
penciumannya bisa merasakan aroma parfum masculine.
‘Sejak kapan
Jung Soo oppa mengganti parfumnya?’ batin Chorong.
Chorong
mulai mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket. Ia sadar tengah menyender
pada seseorang dan mulai menegapkan tubuhnya. Gadis itu melangkah keluar begitu
saja dari dalam mobil. Ia terkejut melihat Jung Soo berada di luar tengah
menyeret beberapa koper.
“Oppa
kenapa kau disini? Bukankah kau-”
Ucapan
Chorong terhenti saat Joon Myeon keluar dari mobil dan kembali tersenyum
lembut. Senyuman yang membuat wajah Chorong memerah seperti kepiting rebus. Chorong
merasa salah tingkah saat menyadari kalau Joon Myeonlah yang duduk
disampingnya.
“Setelah
ini kau harus memijit Joon Myeon. Bahunya pasti terasa seperti patah menahan
kepalamu yang berat seperti batu itu selama perjalanan, ckck” ledek Jung Soo.
“Berisik”cibir
Chorong dan mengambil alih kopernya yang berada di tangan Jung Soo.
Tiba-tiba
tiga orang dokter yang memakai jas putih berlabel ‘Choi Hospital’ berjalan mendekati mereka bertiga. Seorang dokter
pria dan wanita paruh baya, dan seorang dokter pria yang seumuran dengan
Chorong dan Joon Myeon.
“Selamat
datang dokter Park” ucap dokter pria paruh baya bernama Lee Soo Man menghampiri
Jung Soo dan menjabat tangannya.
“Ah
dokter Lee sudah datang lebih dahulu rupanya” balas Jung Soo dan menjabat
tangan dr. Lee.
“Kalian
pasti lelah, beristirahatlah di wisma. Tepat disamping klinik ini. Ah jadi dr.
Kim juga turut serta” ucap dokter wanita paruh baya yang juga mengenal Jung Soo
dan Joon Myeon. Joon Myeon mengangguk dan tersenyum ramah.
“Terimakasih
dr. Oh. Ah ya, kami kemari bersama salah dokter magang dari rumah sakit” ucap
Jung Soo.
“Joneun
Park Chorong imnida. Mohon bantuannya” ucap Chorong memperkenalkan diri seraya
membungkuk memberi hormat.
“Ya..
selamat bergabung dr. Park” ucap dr. Lee yang sudah tahu kalau Chorong adalah
adik Jung Soo.
“Kami
juga membawa salah satu dokter magang rumah sakit Choi” tambah dr. Oh.
“Choi
Minho imnida” ucap seorang dokter muda itu. Ia adalah putra bungsu dari pemilik
Rumah Sakit Choi. Jung Soo, Joon Myeon dan Chorong juga mengetahui hal itu.
Minho
menjabat tangan Jung Soo, Joon Myeon dan Chorong secara berurutan. Namun ia
menjabat tangan Chorong begitu lama, ia juga memberikan senyuman yang manis
pada gadis itu. Jika saja dr. Lee tidak berdehem begitu keras, Minho pasti
belum melepaskan tangannya.
Sementara
itu Joon Myeon merasa tidak suka dengan sikap Minho pada Chorong.
***
Para
dokter dari dua rumah sakit yang berbeda itu berkumpul di ruang rapat yang
berada di wisma. Mereka duduk di sebuah kursi yang mengelilingi meja bundar.
Dokter
Lee yang merupakan ketua dari tugas ini mulai berbicara setelah mengedarkan
selembar kertas.
“Selamat
siang. Aku dan dr. Park Jung Soo telah menyiapkan shift jaga untuk para dokter
jadi klinik ini akan buka selama 24 jam selam satu minggu penuh. Dokter yang
tidak mendapat waktu jaga bisa memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat atau
melakukan hal yang lain. Saya harap kalian bisa bekerja dengan sungguh-sungguh
untuk melayani masyarakat. Uang bukanlah hal yang akan kita incar, kesehatan pasien adalah hal yang utama bagi
para dokter.”
Chorong
melihat jadwal jaga miliknya. Ia mendapatkan jadwal jaga malam hari bersama dr.
Choi, dr. Oh dan kakanya di hari pertama sampai hari ketiga, dan sisanya ia
mendapatkan waktu jaga malam bersama dr. Choi, Joon Myeon dan dr. Lee.
“Wah,
dr. Park kita mendapatkan jadwal jaga yang sama. Aku senang sekali” ucap Minho
pada Chorong. Gadis itu tersenyum pada tingkah Minho yang mirip anak kecil.
Setelah
rapat selesai, Chorong beranjak dari kursi namun langkahnya terhenti karena
Minho kembali mengajaknya berbicara.
“dr.
Park ayo kita berkeliling dahulu, klinik ini dekat dengan pantai” ajak Minho.
Wajah
Chorong terlihat gembira namun ia melirik pada dr. Oh. Minho tahu maksud
Chorong.
“dr.
Oh kau mengijinkan kami kan? Ayolah..” bujuk Minho pada dr. Oh yang merupakan
bibinya sendiri.
“Baiklah
kalau begitu, tapi kalian harus pulang sebelum pukul enam”
“Arraseo,
gomapseumnida dr. Oh”
“Gomapseumnida
dr. Oh” ucap Chorong. Ia senang karena itu berarti ia bisa melihat sunset.
Minho
menggenggam pergelangan tangan Chorong dan menuntunnya keluar untuk mengikuti
langkahnya. dr. Oh hanya menggeleng karena ia memang paham bagaimana sikap
Minho saat menyukai seseorang.
Namun
Joon Myeon yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Minho dan Chorong
terlihat sangat tidak menyukainya. Minho baru sehari mengenal Chorong dan sudah
berani mengajaknya keluar padahal ia selalu mengurungkan niatnya untuk
mendekati Chorong bahkan hanya untuk makan siang.
Jung
Soo yang juga diam-diam mengetahui kalau Joon Myeon selalu memperhatikan
tingkah Minho dan Chorong mulai berjalan di samping Joon Myeon.
“Joon
Myeon-ah ibuku memiliki dua ekor kelinci, namanya Junjun dan Minmin. Semalam
aku memberi Junjun sebuah wortel namun Junjun hanya mengamatinya dari kejauhan
lalu Minmin mendekati wortel itu jadi Minminlah yang berhasil mendapatkan
wortel dan memakannya. Bukankah Junjun kelinci yang aneh dan bodoh? haha”
Jung
Soo berjalan mendahului Joon Myeon dan membiarkan namja itu mencerna cerita
yang hanya karangannya sendiri. Joon Myeon bukanlah orang yang bodoh, ia tahu
maksud dari cerita Jung Soo namun ia masih ragu untuk bertindak.
***
Hari
berganti sebagaimana bumi berotasi mengelilingi bulan hingga terjadi pergantian
siang dan malam.
Minho
dan Chorong menjadi semakin akrab karena selama satu minggu ini mereka selalu
pergi ke pantai bersama untuk melihat matahari terbenam. Mereka sering bercanda
dan tertawa bersama seperti sudah lama saling mengenal. Sementara di malam hari
mereka memeriksa pasien yang terus berdatangan. Ternyata pasien yang datang
pada malam hari lebih banyak daripada siang hari.
Tak
dapat dipungkiri kalau kedekatan Minho dan Chorong membuat perasaan Joon Myeon
menjadi tak karuan.
Hari
ini adalah hari terakhir klinik itu dibuka. Banyak masyarakat yang telah mereka
obati datang untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan oleh-oleh untuk
mereka.
“Hey.. bukankah
dr. Park Chorong dan dr. Choi Minho tampak serasi bersama? Aku berharap mereka segera
menikah” ucap seorang nenek yang berjalan keluar dari dalam klinik bersama
suaminya.
“Siapa bilang?
Aku lebih menyukai kalau dr. Park menikah dengan dr. Kim. Tatapan mereka sangat
jelas mengatakan kalau mereka saling jatuh cinta.” Bantah si kakek pada
istrinya itu.
Di
dalam klinik para dokter berkumpul dengan wajah gembira karena dapat memuaskan
para pasien yang datang. Setelah berbicang-bincang, para dokter kembali ke
kamar untuk beristirahat.
Chorong
mengajak dr. Oh karena mereka satu kamar. dr. Lee mengajak Jung Soo untuk
berdiskusi di luar sementara Joon Myeon dan Minho juga kembali ke kamar mereka.
Minho
dan Joon Myeon juga sudah mulai akrab. Mereka saling bertukar ide hingga Minho
mulai menyinggung mengenai Chorong.
“dr.
Kim bukankah dr. Park terlihat manis dan cantik?” celetuk Minho.
“dr.
Park Chorong” imbuh Minho karena Joon Myeon hanya diam.
“Apakah
kau menyukainya?” tanya Joon Myeon ragu, sebenarnya ia tidak ingin
mengatakannya karena ia tahu pasti jawabannya.
“Geurom,
siapa yang tidak akan menyukainya? Dia memiliki sifat yang lembut dan lucu.
Hoahm aku mulai mengantuk, selamat tidur dr. Kim”
“Oh,
ne” ucap Joon Myeon singkat. Ia masih terhenyak dengan jawaban Minho yang tepat
seperti apa yang dipikirkannya.
Semalaman
Joon Myeon hanya berguling ke kanan dan ke kiri. Ia tidak bisa memejamkan
matanya karena hatinya yang merasa gelisah tak karuan. Masih terngiang
dipikirannya mengenai ucapan Minho dan kedekatan namja itu dengan Chorong. Lalu
ia kembali mengingat cerita bualan Jung Soo yang menyinggung dirinya.
Joon
Myeon mengambil ponselnya yang ada di nakas, pukul empat pagi. Ia menengok ke
samping pada Minho yang masih terlelap. Joon Myeon mengambil hoodie hitamnya
yang tergantung dan memutuskan untuk berjalan keluar wisma.
Langkah
kakinya terhenti di depan wisma. Ia menyentuh ponselnya beberapa digit dan
meletakkan di telinganya.
Sementara
itu Chorong yang masih terlelap di dalam kamarnya merasakan ponsel yang ia
letakkan di bawah bantalnya bergetar. Ia segera mengambilnya dan mengusap layar
ponselnya tanpa membaca siapa yang menelfon.
“Yeoboseo?”
ucap Chorong lirih dengan suara serak karena baru bangun tidur.
‘Chorong-ie
bisakah kau menemuiku di depan wisma. Aku menunggumu sekarang’
Kedua
mata Chorong membuka dengan sempurna karena ia hafal suara yang berada di
seberang sana. Chorong menatap sekilas ponselnya, ‘Kim Joon Myeon’
“Em,
arraseo”
Chorong
beranjak dari tempat tidur dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin membuat dr.
Oh terbangun karena pergerakannya. Chorong mengambil hoodie putihnya dan
berjalan keluar. Dan benar, Joon Myeon tengah berdiri membelakanginya di depan
wisma. Namja itu membalikkan badan mendengar suara sepatu yang melangkah
mendekatinya.
“Narrawa”
ucap Joon Myeon memerintahkan Chorong untuk mengikutinya.
Chorong
masih terdiam sehingga Joon Myeon yang menghampirinya. Joon Myeon menggenggam
jemari Chorong dan menuntunnya untuk mengikuti langkah kakinya.
Mereka
berdua terus berjalan dengan bergandengan tangan hingga ke pantai. Joon Myeon
duduk di atas pasir dan diikuti oleh Chorong. Jantung gadis itu terasa ingin
meledak karena sikap Joon Myeon yang tiba-tiba seperti ini.
“Sunset
terjadi di sore hari. Bukankah hal itu menandakan sebuah perpisahan dengan
matahari?” tanya Joon Myeon retoris. Chorong hanya menatapnya dalam diam.
“Sementara
sunrise terjadi di pagi hari. Pertanda bahwa hari akan dimulai lagi bersama
matahari. Matahari terbit adalah awal dari sebuah akhir” imbuh Joon Myeon.
Joon
Myeon menatap tepat di kedua manik mata Chorong. Tangan kanannya terulur untuk
membelai surai hitam Chorong yang lembut dan harum.
“Mana
yang lebih kau sukai? Sunset atau sunrise?” tanya Joon Myeon.
“Sunrise”
lirih Chorong yang tenggelam di dalam tatapan Joon Myeon yang teduh.
Joon
Myeon tersenyum begitu lembut. Perlahan ia merapatkan wajahnya pada wajah
Chorong. Joon Myeon dan Chorong memejamkan mata saat bibir mereka saling
bertemu. Matahari terbit turut serta mengiringi ciuman pertama mereka.
Beberapa
saat kemudian Chorong tersadar bahwa Joon Myeon sudah menjadi suami orang lain.
Air matanya mengalir di sela-sela ciuman Joon Myeon. Gadis itu pun mengakhirinya.
Joon Myeon hendak melanjutkan ciumannya namun tangan Chorong menahan dada
bidang Joon Myeon yang ingin mendekat.
“Geumanhae
Kim Joon Myeon!” pekik Chorong.
“Kau
kenapa Chorong-ie?” tanya Joon Myeon bingung. Gadis itu menatap tajam pada Joon
Myeon. Bagaimana bisa dia bertanya setenang itu?!
“Mwo?!
Apa kau gila?! Kau sudah menjadi seorang ayah Joon Myeon-ah! Kau sudah memiliki
istri dan seorang anak! Tidak sepantasnya kau melakukan hal seperti ini!
Pikirkan keluargamu baik-baik!” ucap Chorong geram, ia mulai terisak.
Sementara
itu Joon Myeon menatap Chorong bingung. Apa yang ia maksud? Suami? Anak?
“Apa
maksudmu Chorong-ie? Aku belum menikah dan bagaimana aku bisa memiliki anak
jika aku tidak memiliki istri?”
Chorong
mendecih dan merasa muak. Bagaimana bisa Joon Myeon tidak menganggap ada istri
dan anaknya?
“Apa
yang kau katakan? Lalu apa arti Eunji dan putri mu yang masih berusia satu
tahun?!”
Joon
Myeon terdiam dan mulai berfikir. Satu menit kemudian ia tertawa terbahak-bahak
karena ada kesalahpahaman antara dirinya dan Chorong.
Chorong
menatap Joon Myeon tak mengerti. Namja itu menghentikan tawanya dan mulai
berbicara.
“Chorong-ie
apa ini yang menyebabkan kau pergi tanpa berpamitan padaku dan membuat Jung Soo
hyung melarangku untuk menghubungimu selama kau studi di luar negeri?”
Joon
Myeon melanjutkan ucapannya setelah menghela nafas panjang.
“Kau
telah salah paham. Eunji menikah dengan kakakku bukan aku. Kim Joon Hyun. Aku
tidak akan pernah menikah dengan gadis lain selain kau, Park Chorong. Kau
paham?” ucap Joon Myeon. Ia mencubit gemas hidung Chorong yang memerah karena
menangis.
“Ja-jadi-”
Joon
Myeon memeluk erat Chorong. Hal yang sangat ingin ia lakukan saat pertama kali
melihatnya di rumah sakit setelah empat tahun lamanya tidak bertemu. Ia tidak
tahu kalau Chorong menganggap dirinya lah yang menikah dengan Eunji.
Chorong
yang mengetahuinya merasa lega. Setelah kelulusan Eunji mengatakan padanya
kalau ia akan menikah dengan Kim Joon- satu kata terakhir Chorong tidak
mendengarnya karena ada sepeda motor yang lewat jadi ia berspekulasi kalau
Eunji akan menikah dengan Joon Myeon.
“Kenapa
kau tidak pernah memberitahuku?! Kau jahat!” ucap Chorong dan menepuk punggung
Joon Myeon.
“Kenapa
kau berspekulasi tentang hal bodoh seperti itu eoh?! Dasar!” balas Joon Myeon
yang semakin mengeratkan pelukannya.
***
Jung
Soo, Joon Myeon dan Chorong saling berpamitan dengan dr. Lee Soo Man, dr. Oh
Jin Hee dan dr. Choi Minho. Pengalaman bekerja selama satu minggu ini membuat
mereka semakin akrab meskipun tak jarang nada bicara mereka naik saat memiliki
pendapat yang berbeda.
Minho
mendekati Chorong dan Joon Myeon yang berdiri bersebelahan. Dokter muda itu
mengambil tempat ditengah-tengah mereka dan mengalungkan lengannya di pundak
Joon Myeon dan Chorong.
“Jika
saling suka ya ungkapkan saja, haha. Aku akan menunggu undangan pernikahan
kalian” bisik Minho usil pada Joon Myeon dan Chorong.
Mereka
bertiga tertawa bersama. Minho sebenarnya menyukai Chorong sebagai teman dan
dia tahu kalau Joon Myeon mencintai Chorong dari tatapan yang diberikan Joon
Myeon pada Chorong. Jadi dia semakin mengakrabkan diri dengan Chorong untuk
membuat Joon Myeon cemburu.
The End.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar