Senin, 17 Agustus 2015

THE BEGINNING OF THE END Part 2 of 2





Cast                 :
v  Park Chorong
v  Kim Joon Myeon / Suho
v  Park Jung Soo
v  Mr and Mrs Park
v  Choi Minho
v  Lee Soo Man
v  Oh Jin Hee
Genre              : sad, romance
Length             : twoshot
Author             : Wulandari
Facebook        : Wulan Dari (Elfofsparkyu)
Twitter             : @wulan_cho
Disclaimer       : this is from my own idea written in July 23, 2015 at 07.02 p.m.

Chorong mulai mengepak kembali beberapa pakaiannya, padahal baru beberapa hari pakaian itu keluar dari koper. Setelah usai mengepak pakaian dan keperluan yang lainnya, Chorong hendak beranjak keluar dari kamar namun ibunya datang menghampiri.


“Chorong-ie” ucap ibunya dan membelai rambut lembut Chorong.

“Ne eomma?”

“Apa kau sedang mengalami hal yang sulit chagi? Kau bisa membaginya dengan eomma”

Chorong tersenyum, ia tak ingin membuat ibunya khawatir. Jadi ia memutuskan untuk memendam masalahnya itu. Hanya Jung Soo yang tahu kalau ia telah lama menyukai Joon Myeon.

“Aniya eomma , nan jeongmal gwenchana”

“Arraseo, tapi kau harus berjanji untuk tidak memendam masalahmu sendirian” pinta Nyonya Park.

Chorong mengangguk patuh. Mereka berdua berjalan menuju halaman depan karena Jung Soo sudah menunggu Chorong. Chorong mencium kedua pipi ibunya sebelum pergi.

Gadis itu menggerutu kesal karena Jung Soo sudah memenuhi kursi depan dengan kotak-kotak obat. Chorong tidak dalam suasana hati untuk bertengkar dengan Jung Soo. Gadis itu akhirnya mengalah pada Jung Soo untuk pertama kalinya dan duduk di kursi belakang.

Jung Soo menahan tawanya sebelum akhirnya melajukan mobil. Chorong memasang headphone dan mulai tertidur karena rasa kantuk yang melanda. Maklum saja, porsi tidur semalam sangatlah kurang bagi Chorong, ia baru bisa terlelap pukul lima pagi dan terbangun kembali pukul tujuh pagi.

Mobil Jung Soo berhenti di depan rumah Joon Myeon. Namja  itu sudah menunggu di depan rumahnya. Jarang sekali putra seorang pengusaha kaya mau menunggu di depan rumah seperti itu.

“Apa kau menunggu lama Joon Myeon-ah?” tanya Jung Soo yang keluar untuk membuka garasi dan memasukkan koper Joon Myeon. Ia akan memanggil Joon Myeon dengan santai saat tidak sedang bekerja. Begitu pula dengan Joon Myeon yang sudah menganggap Jung Soo seperti kakaknya.

“Aniya hyung, aku juga baru saja keluar”

Joon Myeon membuka pintu mobil dan sedikit terhenyak melihat Chorong yang tertidur pulas. Ia masuk dan duduk di samping Chorong dengan hati-hati.

“Padahal masih di Seoul tapi gadis itu sudah tertidur seperti sapi” ucap Jung Soo.

Namun Joon Myeon tidak sepemikiran dengan Jung Soo. Baginya Chorong yang tengah tertidur justru terlihat manis seperti seorang bayi.

Selama perjalanan Chorong masih saja tertidur dengan pulas. Jung Soo yang tengah mengemudi sesekali mencuri-curi pandang pada Joon Myeon yang terus saja memperhatikan Chorong. Melalui cermin mobil, ia dapat melihat Joon Myeon yang tersipu karena Chorong tanpa sadar menyenderkan kepalanya pada bahu Joon Myeon.

Mobil Jung Soo berhenti di depan sebuah klinik di pedesaan yang ada di Mokpo. Jung Soo keluar dari mobil dan mulai mengeluarkan koper-koper dari bagasi.

“Hyaa kenapa aku seperti sopir yang mengantarkan majikannya untuk pergi bulan madu” gerutu Jung Soo pelan, hanya dirinya yang bisa mendengarkan celotehannya.

Sementara itu Chorong mulai terbangun dari tidurnya. Gadis itu menggeliat pelan, indra penciumannya bisa merasakan aroma parfum masculine.

‘Sejak kapan Jung Soo oppa mengganti parfumnya?’ batin Chorong.

Chorong mulai mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket. Ia sadar tengah menyender pada seseorang dan mulai menegapkan tubuhnya. Gadis itu melangkah keluar begitu saja dari dalam mobil. Ia terkejut melihat Jung Soo berada di luar tengah menyeret beberapa koper.

“Oppa kenapa kau disini? Bukankah kau-”

Ucapan Chorong terhenti saat Joon Myeon keluar dari mobil dan kembali tersenyum lembut. Senyuman yang membuat wajah Chorong memerah seperti kepiting rebus. Chorong merasa salah tingkah saat menyadari kalau Joon Myeonlah yang duduk disampingnya.

“Setelah ini kau harus memijit Joon Myeon. Bahunya pasti terasa seperti patah menahan kepalamu yang berat seperti batu itu selama perjalanan, ckck” ledek Jung Soo.

“Berisik”cibir Chorong dan mengambil alih kopernya yang berada di tangan Jung Soo.

Tiba-tiba tiga orang dokter yang memakai jas putih berlabel ‘Choi Hospital’ berjalan mendekati mereka bertiga. Seorang dokter pria dan wanita paruh baya, dan seorang dokter pria yang seumuran dengan Chorong dan Joon Myeon.

“Selamat datang dokter Park” ucap dokter pria paruh baya bernama Lee Soo Man menghampiri Jung Soo  dan menjabat tangannya.

“Ah dokter Lee sudah datang lebih dahulu rupanya” balas Jung Soo dan menjabat tangan dr. Lee.

“Kalian pasti lelah, beristirahatlah di wisma. Tepat disamping klinik ini. Ah jadi dr. Kim juga turut serta” ucap dokter wanita paruh baya yang juga mengenal Jung Soo dan Joon Myeon. Joon Myeon mengangguk dan tersenyum ramah.

“Terimakasih dr. Oh. Ah ya, kami kemari bersama salah dokter magang dari rumah sakit” ucap Jung Soo.

“Joneun Park Chorong imnida. Mohon bantuannya” ucap Chorong memperkenalkan diri seraya membungkuk memberi hormat.

“Ya.. selamat bergabung dr. Park” ucap dr. Lee yang sudah tahu kalau Chorong adalah adik Jung Soo.

“Kami juga membawa salah satu dokter magang rumah sakit Choi” tambah dr. Oh.

“Choi Minho imnida” ucap seorang dokter muda itu. Ia adalah putra bungsu dari pemilik Rumah Sakit Choi. Jung Soo, Joon Myeon dan Chorong juga mengetahui hal itu.

Minho menjabat tangan Jung Soo, Joon Myeon dan Chorong secara berurutan. Namun ia menjabat tangan Chorong begitu lama, ia juga memberikan senyuman yang manis pada gadis itu. Jika saja dr. Lee tidak berdehem begitu keras, Minho pasti belum melepaskan tangannya.

Sementara itu Joon Myeon merasa tidak suka dengan sikap Minho pada Chorong.

***
Para dokter dari dua rumah sakit yang berbeda itu berkumpul di ruang rapat yang berada di wisma. Mereka duduk di sebuah kursi yang mengelilingi meja bundar.

Dokter Lee yang merupakan ketua dari tugas ini mulai berbicara setelah mengedarkan selembar kertas.

“Selamat siang. Aku dan dr. Park Jung Soo telah menyiapkan shift jaga untuk para dokter jadi klinik ini akan buka selama 24 jam selam satu minggu penuh. Dokter yang tidak mendapat waktu jaga bisa memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat atau melakukan hal yang lain. Saya harap kalian bisa bekerja dengan sungguh-sungguh untuk melayani masyarakat. Uang bukanlah hal yang akan kita incar,  kesehatan pasien adalah hal yang utama bagi para dokter.”

Chorong melihat jadwal jaga miliknya. Ia mendapatkan jadwal jaga malam hari bersama dr. Choi, dr. Oh dan kakanya di hari pertama sampai hari ketiga, dan sisanya ia mendapatkan waktu jaga malam bersama dr. Choi, Joon Myeon dan dr. Lee.

“Wah, dr. Park kita mendapatkan jadwal jaga yang sama. Aku senang sekali” ucap Minho pada Chorong. Gadis itu tersenyum pada tingkah Minho yang mirip anak kecil.

Setelah rapat selesai, Chorong beranjak dari kursi namun langkahnya terhenti karena Minho kembali mengajaknya berbicara.

“dr. Park ayo kita berkeliling dahulu, klinik ini dekat dengan pantai” ajak Minho.

Wajah Chorong terlihat gembira namun ia melirik pada dr. Oh. Minho tahu maksud Chorong.

“dr. Oh kau mengijinkan kami kan? Ayolah..” bujuk Minho pada dr. Oh yang merupakan bibinya sendiri.

“Baiklah kalau begitu, tapi kalian harus pulang sebelum pukul enam”

“Arraseo, gomapseumnida dr. Oh”

“Gomapseumnida dr. Oh” ucap Chorong. Ia senang karena itu berarti ia bisa melihat sunset.

Minho menggenggam pergelangan tangan Chorong dan menuntunnya keluar untuk mengikuti langkahnya. dr. Oh hanya menggeleng karena ia memang paham bagaimana sikap Minho saat menyukai seseorang.

Namun Joon Myeon yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Minho dan Chorong terlihat sangat tidak menyukainya. Minho baru sehari mengenal Chorong dan sudah berani mengajaknya keluar padahal ia selalu mengurungkan niatnya untuk mendekati Chorong bahkan hanya untuk makan siang.

Jung Soo yang juga diam-diam mengetahui kalau Joon Myeon selalu memperhatikan tingkah Minho dan Chorong mulai berjalan di samping Joon Myeon.

“Joon Myeon-ah ibuku memiliki dua ekor kelinci, namanya Junjun dan Minmin. Semalam aku memberi Junjun sebuah wortel namun Junjun hanya mengamatinya dari kejauhan lalu Minmin mendekati wortel itu jadi Minminlah yang berhasil mendapatkan wortel dan memakannya. Bukankah Junjun kelinci yang aneh dan bodoh? haha”

Jung Soo berjalan mendahului Joon Myeon dan membiarkan namja itu mencerna cerita yang hanya karangannya sendiri. Joon Myeon bukanlah orang yang bodoh, ia tahu maksud dari cerita Jung Soo namun ia masih ragu untuk bertindak.

***
Hari berganti sebagaimana bumi berotasi mengelilingi bulan hingga terjadi pergantian siang dan malam.

Minho dan Chorong menjadi semakin akrab karena selama satu minggu ini mereka selalu pergi ke pantai bersama untuk melihat matahari terbenam. Mereka sering bercanda dan tertawa bersama seperti sudah lama saling mengenal. Sementara di malam hari mereka memeriksa pasien yang terus berdatangan. Ternyata pasien yang datang pada malam hari lebih banyak daripada siang hari.

Tak dapat dipungkiri kalau kedekatan Minho dan Chorong membuat perasaan Joon Myeon menjadi tak karuan.

Hari ini adalah hari terakhir klinik itu dibuka. Banyak masyarakat yang telah mereka obati datang untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan oleh-oleh untuk mereka.

“Hey.. bukankah dr. Park Chorong dan dr. Choi Minho tampak serasi bersama? Aku berharap mereka segera menikah” ucap seorang nenek yang berjalan keluar dari dalam klinik bersama suaminya.

“Siapa bilang? Aku lebih menyukai kalau dr. Park menikah dengan dr. Kim. Tatapan mereka sangat jelas mengatakan kalau mereka saling jatuh cinta.” Bantah si kakek pada istrinya itu.

Di dalam klinik para dokter berkumpul dengan wajah gembira karena dapat memuaskan para pasien yang datang. Setelah berbicang-bincang, para dokter kembali ke kamar untuk beristirahat.

Chorong mengajak dr. Oh karena mereka satu kamar. dr. Lee mengajak Jung Soo untuk berdiskusi di luar sementara Joon Myeon dan Minho juga kembali ke kamar mereka.

Minho dan Joon Myeon juga sudah mulai akrab. Mereka saling bertukar ide hingga Minho mulai menyinggung mengenai Chorong.

“dr. Kim bukankah dr. Park terlihat manis dan cantik?” celetuk Minho.

“dr. Park Chorong” imbuh Minho karena Joon Myeon hanya diam.

“Apakah kau menyukainya?” tanya Joon Myeon ragu, sebenarnya ia tidak ingin mengatakannya karena ia tahu pasti jawabannya.

“Geurom, siapa yang tidak akan menyukainya? Dia memiliki sifat yang lembut dan lucu. Hoahm aku mulai mengantuk, selamat tidur dr. Kim”

“Oh, ne” ucap Joon Myeon singkat. Ia masih terhenyak dengan jawaban Minho yang tepat seperti apa yang dipikirkannya.

Semalaman Joon Myeon hanya berguling ke kanan dan ke kiri. Ia tidak bisa memejamkan matanya karena hatinya yang merasa gelisah tak karuan. Masih terngiang dipikirannya mengenai ucapan Minho dan kedekatan namja itu dengan Chorong. Lalu ia kembali mengingat cerita bualan Jung Soo yang menyinggung dirinya.

Joon Myeon mengambil ponselnya yang ada di nakas, pukul empat pagi. Ia menengok ke samping pada Minho yang masih terlelap. Joon Myeon mengambil hoodie hitamnya yang tergantung dan memutuskan untuk berjalan keluar wisma.

Langkah kakinya terhenti di depan wisma. Ia menyentuh ponselnya beberapa digit dan meletakkan di telinganya.

Sementara itu Chorong yang masih terlelap di dalam kamarnya merasakan ponsel yang ia letakkan di bawah bantalnya bergetar. Ia segera mengambilnya dan mengusap layar ponselnya tanpa membaca siapa yang menelfon.

“Yeoboseo?” ucap Chorong lirih dengan suara serak karena baru bangun tidur.

‘Chorong-ie bisakah kau menemuiku di depan wisma. Aku menunggumu sekarang’

Kedua mata Chorong membuka dengan sempurna karena ia hafal suara yang berada di seberang sana. Chorong menatap sekilas ponselnya, ‘Kim Joon Myeon’

“Em, arraseo”

Chorong beranjak dari tempat tidur dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin membuat dr. Oh terbangun karena pergerakannya. Chorong mengambil hoodie putihnya dan berjalan keluar. Dan benar, Joon Myeon tengah berdiri membelakanginya di depan wisma. Namja itu membalikkan badan mendengar suara sepatu yang melangkah mendekatinya.

“Narrawa” ucap Joon Myeon memerintahkan Chorong untuk mengikutinya.

Chorong masih terdiam sehingga Joon Myeon yang menghampirinya. Joon Myeon menggenggam jemari Chorong dan menuntunnya untuk mengikuti langkah kakinya.

Mereka berdua terus berjalan dengan bergandengan tangan hingga ke pantai. Joon Myeon duduk di atas pasir dan diikuti oleh Chorong. Jantung gadis itu terasa ingin meledak karena sikap Joon Myeon yang tiba-tiba seperti ini.

“Sunset terjadi di sore hari. Bukankah hal itu menandakan sebuah perpisahan dengan matahari?” tanya Joon Myeon retoris. Chorong hanya menatapnya dalam diam.

“Sementara sunrise terjadi di pagi hari. Pertanda bahwa hari akan dimulai lagi bersama matahari. Matahari terbit adalah awal dari sebuah akhir” imbuh Joon Myeon.

Joon Myeon menatap tepat di kedua manik mata Chorong. Tangan kanannya terulur untuk membelai surai hitam Chorong yang lembut dan harum.

“Mana yang lebih kau sukai? Sunset atau sunrise?” tanya Joon Myeon.

“Sunrise” lirih Chorong yang tenggelam di dalam tatapan Joon Myeon yang teduh.

Joon Myeon tersenyum begitu lembut. Perlahan ia merapatkan wajahnya pada wajah Chorong. Joon Myeon dan Chorong memejamkan mata saat bibir mereka saling bertemu. Matahari terbit turut serta mengiringi ciuman pertama mereka.

Beberapa saat kemudian Chorong tersadar bahwa Joon Myeon sudah menjadi suami orang lain. Air matanya mengalir di sela-sela ciuman Joon Myeon. Gadis itu pun mengakhirinya. Joon Myeon hendak melanjutkan ciumannya namun tangan Chorong menahan dada bidang Joon Myeon yang ingin mendekat.

“Geumanhae Kim Joon Myeon!” pekik Chorong.

“Kau kenapa Chorong-ie?” tanya Joon Myeon bingung. Gadis itu menatap tajam pada Joon Myeon. Bagaimana bisa dia bertanya setenang itu?!

“Mwo?! Apa kau gila?! Kau sudah menjadi seorang ayah Joon Myeon-ah! Kau sudah memiliki istri dan seorang anak! Tidak sepantasnya kau melakukan hal seperti ini! Pikirkan keluargamu baik-baik!” ucap Chorong geram, ia mulai terisak.

Sementara itu Joon Myeon menatap Chorong bingung. Apa yang ia maksud? Suami? Anak?

“Apa maksudmu Chorong-ie? Aku belum menikah dan bagaimana aku bisa memiliki anak jika aku tidak memiliki istri?”

Chorong mendecih dan merasa muak. Bagaimana bisa Joon Myeon tidak menganggap ada istri dan anaknya?

“Apa yang kau katakan? Lalu apa arti Eunji dan putri mu yang masih berusia satu tahun?!”

Joon Myeon terdiam dan mulai berfikir. Satu menit kemudian ia tertawa terbahak-bahak karena ada kesalahpahaman antara dirinya dan Chorong.

Chorong menatap Joon Myeon tak mengerti. Namja itu menghentikan tawanya dan mulai berbicara.

“Chorong-ie apa ini yang menyebabkan kau pergi tanpa berpamitan padaku dan membuat Jung Soo hyung melarangku untuk menghubungimu selama kau studi di luar negeri?”

Joon Myeon melanjutkan ucapannya setelah menghela nafas panjang.

“Kau telah salah paham. Eunji menikah dengan kakakku bukan aku. Kim Joon Hyun. Aku tidak akan pernah menikah dengan gadis lain selain kau, Park Chorong. Kau paham?” ucap Joon Myeon. Ia mencubit gemas hidung Chorong yang memerah karena menangis.

“Ja-jadi-”

Joon Myeon memeluk erat Chorong. Hal yang sangat ingin ia lakukan saat pertama kali melihatnya di rumah sakit setelah empat tahun lamanya tidak bertemu. Ia tidak tahu kalau Chorong menganggap dirinya lah yang menikah dengan Eunji.

Chorong yang mengetahuinya merasa lega. Setelah kelulusan Eunji mengatakan padanya kalau ia akan menikah dengan Kim Joon- satu kata terakhir Chorong tidak mendengarnya karena ada sepeda motor yang lewat jadi ia berspekulasi kalau Eunji akan menikah dengan Joon Myeon.

“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?! Kau jahat!” ucap Chorong dan menepuk punggung Joon Myeon.

“Kenapa kau berspekulasi tentang hal bodoh seperti itu eoh?! Dasar!” balas Joon Myeon yang semakin mengeratkan pelukannya.

***
Jung Soo, Joon Myeon dan Chorong saling berpamitan dengan dr. Lee Soo Man, dr. Oh Jin Hee dan dr. Choi Minho. Pengalaman bekerja selama satu minggu ini membuat mereka semakin akrab meskipun tak jarang nada bicara mereka naik saat memiliki pendapat yang berbeda.

Minho mendekati Chorong dan Joon Myeon yang berdiri bersebelahan. Dokter muda itu mengambil tempat ditengah-tengah mereka dan mengalungkan lengannya di pundak Joon Myeon dan Chorong.

“Jika saling suka ya ungkapkan saja, haha. Aku akan menunggu undangan pernikahan kalian” bisik Minho usil pada Joon Myeon dan Chorong.

Mereka bertiga tertawa bersama. Minho sebenarnya menyukai Chorong sebagai teman dan dia tahu kalau Joon Myeon mencintai Chorong dari tatapan yang diberikan Joon Myeon pada Chorong. Jadi dia semakin mengakrabkan diri dengan Chorong untuk membuat Joon Myeon cemburu.

The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar