Selasa, 20 Januari 2015

URI NARI



Tittle : URI NARI
Genre : Family, Sad, Marriage Life.
Length : Oneshot
Rated : 15+
Cast :
Cho Kyuhyun, Cho Eunbin, Cho Eunna.
Support cast : Cho Young Hwan, Cho Hanna, Cho Ahra.
Author : Wulandari
Twitter : @wulan_cho
Disclaimer : This is mine. Please give your responses, thanks!

All parts are author’s POV

Sebuah keluarga sudah selarasnya di hiasi oleh kebahagiaan dan rasa saling mengerti..
Keluarga yang bahagia merupakan suatu keajaiban dari Tuhan..
Yaa.. keluarga yang bahagia


Keluarga kecil yang tinggal di rumah mewah itu tak sama lagi seperti lima tahun silam. Keluarga yang dikepalai oleh namja tampan bernama Cho Kyuhyun itu tak lagi sehangat di saat awal kehidupan pernikahan.


Keegoisan..

Itulah yang merubah keluarga kecil itu menjadi dingin. Semenjak Cho Eunna lahir di dunia ini, sikap Kyuhyun berubah drastis. Namja itu selalu pulang larut malam dan bepergian keluar kota untuk alasan perjalanan bisnis. Meskipun ia selalu memberikan hadiah di ulang tahun sang istri –Cho Eunbin- namun tidak ada kartu ucapan manis tulisan tangan seperti dahulu. Bahkan ia tak pernah sekalipun memberikan hadiah untuk putri kecilnya.

***
Ting tong!
Ting tong!
Ting tong!

Terdengar bel rumah yang ada di daerah Gangnam itu berbunyi berkali-kali. Seorang namja yang berdiri di depan pintu terlihat tidak sabar menunggu. Berkali-kali ia mengendurkan dasi yang seakan mencekik lehernya. Tak ada gerutuan dari bibirnya namun pandangan mata yang tajam sudah menjawab semua pertanyaan. Ia marah.

Klek~
Begitu pintu berwarna putih itu di buka, seorang yeoja menampakkan senyum manisnya. Namun justru tatapan dingin yang ia dapatkan.

“Mianhae oppa.. aku sedang bermain bersama Eunna di kamarnya” ucap Eunbin yang berjalan di belakang suaminya.

Hening.
Kyuhyun tak mengabaikan ucapan Eunbin namun istrinya itu tetap bersabar dan mengikuti Kyuhyun sampai di kamar mereka.

“Oppa.. aku sudah menyiapkan air hangat dan handuk di kamar mandi. Makan malam-”

“Aku tahu.” sela Kyuhyun cukup singkat dan bergegas menuju kamar mandi tanpa menatap Eunbin sedikitpun.

“Makan malamnya sudah aku siapkan oppa” lanjut Eunbin lemah. Ia menghela nafas panjang. Mencoba bersabar.

Eunbin berjalan menuju kamar putri mereka. Setelah meninabobokan Eunna untuk beberapa saat,  ia membenarkan letak selimut putri kecil itu dan mengecup keningnyas. Eunbin mematikan lampu utama yang ada di kamar Eunna dan kembali berjalan menuju kamarnya.

Ia melihat Kyuhyun juga telah tertidur pulas. Ia mengamati wajah Kyuhyun yang seperti seorang bayi saat tidur. Eunbin merebahkan dirinya di samping Kyuhyun. Jemari-jemari lentiknya mengamati wajah suaminya yang tampan dengan sangat hati-hati.

“Oppa.. sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?” desisnya supaya tidak membangunkan Kyuhyun.

Gadis itu turut memejamkan mata. Bibirnya tersenyum karena merasakan tangan Kyuhyun mendekapnya dalam tidur.

“Saranghae” bisik Eunbin dengan mata tertutup.

***
PRANG!!
Terdengar bunyi pecahan dari ruang kerja Kyuhyun. Eunbin yang tengah menidurkan Eunna seperti malam-malam sebelumnya terkejut. Ia melihat putrinya yang berusia tiga tahun itu, beruntung putrinya nan cantik dan lucu itu masih tertidur pulas.

Eunbin berjalan menuju ruang kerja suaminya. Ia melihat cangkir kopi yang ia buatkan untuk Kyuhyun telah menjadi beberapa serpihan di lantai.

“Oppa” panggil Eunbin tak percaya, “Wae geuraeyo?” imbuhnya.

Eunbin mendekati meja kerja Kyuhyun. Suaminya itu nampak mengerikan. Tatapan yang dingin dari mata onyxnya membuat Eunbin khawatir dan- ketakutan.

“PABBOYA! Kau pasti mengajak Eunna ke ruanganku! Eoh!” pekik Kyuhyun.

Eunbin hanya menunduk ketakutan. Kedua tangannya meremas baju tidur yang ia kenakan erat-erat. Namja yang ada di depannya kini, ia tak  lagi mengenalnya. Ia bukan Kyuhyun yang dulu lagi. Ia telah berubah.

“KAU LIHAT! ANAK BODOH ITU MENCORAT-CORET PROPOSALKU! AARRGHH DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!” pekik Kyuhyun lebih keras.

“OPPA, EUNNA URI NARI!” jerit Eunbin untuk yang pertama kali, ia tak percaya Kyuhyun mengatakan hal itu. Eunbin menatap Kyuhyun tepat di kedua matanya.

“Cih.. nari?” desis Kyuhyun dengan nada dan tatapan meremehkan.

Namja itu mengambil jasnya yang ada di kursi dan pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Tubuh lemah Eunbin merosot begitu saja. Air mata yang ia bendung kini lolos mengalir dengan deras.

“Oppa.. hiks.. mianhae..hiks”

Eunbin menangis sesenggukkan. Tiba-tiba dadanya merasa sesak, seakan tertusuk ribuan jarum. Gadis itu mengambil tissue yang ada di meja.

Uhuk uhuk..
Ia terbatuk-batuk dan tissue yang ia gunakan untuk menutup mulutnya penuh bercak merah.
Darah!
“Oppa.. waktu ku tidak lama lagi.. jebal..” lirihnya.

Sementara itu Kyuhyun mengemudikan mobilnya diatas kecepatan rata-rata menuju sebuah klub malam di daerah Gangnam. Disanalah ia melampiaskan amarah dan kekesalannya pada bir dan wanita-wanita penggoda yang selalu menempel padanya.

***
Pagi hari di Seoul terlihat sangat cerah. Musim semi telah tiba. Matahari bersinar dengan gagahnya, memamerkan cahaya yang hangat. Bunga-bunga berwarna-warni di taman bermekaran bersamaan dengan hijaunya rerumputan.

Suasana ceria yang disuguhkan oleh musim semi bertolak belakang dengan suasana di sebuah rumah bercat biru muda di daerah Gangnam itu.

“Oppa, kenapa kau harus pergi tiba-tiba? Waktunya sudah dekat” lirih Eunbin. Wajah ibu muda itu terlihat pucat pasi.

“WAKTU? HUH WAKTU APA EOH? URUSI SAJA ANAK BODOHMU ITU” ucap Kyuhyun yang terus saja mengemasi pakaiannya kedalam koper.

Setelah pertengkaran mereka semalam, Kyuhyun baru pulang pukul tujuh pagi tadi. Namja itu membersihkan diri dan langsung mengemasi pakaiannya tanpa mengatakan apapun pada istrinya. Jika Eunbin tidak menanyakannya, namja itu tidak akan mengatakan padanya kalau ia akan pergi ke London.

“Oppa, sebentar lagi ulang tahun Eunna-”
“BUKAN URUSANKU!” potong Kyuhyun.

Namja itu berjalan keluar dari kamar dengan langkah lebar bersama sebuah koper yang besar. Eunbin berhasil meraih lengan Kyuhyun dan itu dapat menghentikan langkahnya.

“Oppa, jebal.. kajimayo.. kami membutuhkanmu” pinta Eunbin.

“Appa- eomma-”

Suara gadis cilik yang berjalan seraya memegangi boneka beruang itu mengalihkan perhatian Kyuhyun dan Eunbin. Eunbin segera menghampiri putrinya dan menggendongnya. Sementara Kyuhyun justru menatap mereka dengan tatapan yang dingin.

“Appa..ap-pa..”

Eunna yang berada di gendongan Eunbin mengetahui kalau pria yang ada di depannya adalah ayahnya. Tangannya bergerak hendak meraih Kyuhyun namun ayahnya itu diam bak patung.

“Oppa, jebal.. Eunna sangat menyayangimu, kumohon sayangi dia oppa. Eunna putri kita” ujar Eunbin. Air mata Eunbin mengalir namun Kyuhyun tidak menghiraukannya. Namja itu tetap pergi. Meninggalkan istri dan putri sulungnya.

Si kecil Eunna merasa kecewa. Gadis cilik itu merengek di gendongan sang ibu.

“Appa… appa.. appa” rengek Eunna.
Eunbin mencoba menenangkan putrinya, ia memeluk Eunna erat-erat. Saling menguatkan diri mereka.

“Eunna, chagiya.. jangan pernah kau membenci appamu eoh? Appa hanya belum sadar kalau dia memiliki seorang putri yang cantik sepertimu” ucap Eunbin pada putrinya. Berharap putrinya itu mengerti.

***
Dua hari kemudian Eunbin dan Eunna pergi menuju kediaman keluarga Cho. Eunbin tampak pucat pasi. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Namun ia tetap tersenyum di depan putrinya.

“Aigoo.. Eunbin-ah.. Uri Eunna, ayo masuk” ucap Nyonya Cho Hanna. Ibu mertuanya itu langsung mengambil Eunna yang ada di gendongan Eunbin.

Eunbin mengikuti ibu mertuannya menuju ruang keluarga. Disana ada Tuan Cho Young Hwan, ayah mertuanya dan kakak iparnya –Cho Ahra-. Mereka tersenyum menyambut kedatangan Eunbin dan Eunna.

‘Setidaknya masih ada harabeoji, halmeoni dan immo yang menyayangimu chagi’ batin Eunbin.

“Apa kau sakit Eunbin-ah?” tanya Tuan Cho.
“Kau terlihat sangat pucat saengi” imbuh Ahra.
“Omo.. kau sedang tidak enak badan chagiya?” tanya Nyonya Cho yang baru menyadari wajah menantunya yang pucat.

“Aniya.. nan gwenchana aboenim, eomonim, eonni” lirih Eunbin dan duduk di samping Ahra.

“Cho Kyuhyun! Anak itu, tega sekali dia pergi saat istrinya tengah sakit. Hari ini juga ulang tahun Eunna! Hish dasar!” umpat Ahra yang juga mengetahui Kyuhyun justru pergi ke London di saat seperti ini. Namun ia dan orangtuanya tidak tahu menahu sikap Kyuhyun yang berubah drastis.

Pandangan Eunbin mulai mengabur. Dadanya kembali merasakan sesak yang teramat sangat. Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Ia terbatuk dan bercak darah itu memenuhi telapak tangannya. Samar-samar ia mendengar ayah dan ibu mertuanya memanggil namanya lalu semuanya menjadi gelap.

***
Seorang namja berjalan gagah di jalanan London yang ramai. Kacamata hitam membingkai wajahnya yang putih bak seorang pangeran dari negeri dongeng. Wajahnya memang tenang namun di dalam hatinya ia merasa teramat kesepian. Ia harus bersyukur karena kacamata hitam yang ia kenakan dapat menyembunyikan wajah sendunya.

Namja itu -Kyuhyun- duduk di meja yang menghadap ke sebuah air mancur dekat Big Ben. Tangannya meraih selembar foto. Disana ada potret dirinya bersama istri yang sangat ia cintai dan seorang putri kecilnya.

Itu adalah foto keluarga satu-satunya yang ia miliki. Mata onyx Kyuhyun yang sudah tak dibingkai oleh kacamata menelusuri foto itu. Ia merasa kecewa dan marah setiap kali melihat putri kecilnya yang manis. Hal itu terjadi karena ambisinya yang seperti anak kecil. Ambisi untuk memiliki seorang putra namun justru seorang putri yang ia dapatkan.

Kyuhyun menghela nafas kasar dan beberapa saat kemudian ponselnya bergetar. Tertera nama kakak perempuannya memanggil. Jemarinya terangkat untuk menggeser layar hijau yang ada di ponselnya.

Wajah Kyuhyun berubah drastis karena panggilan singkat dari Ahra. Rasa khawatir dan bingung terukir jelas di wajahnya. Ia segera menutup telfon dan berlari untuk menghentikan taksi yang lewat.

“Marrilyn Hotel please!” ucap Kyuhyun tergesa-gesa pada si sopir. Ia mengacak rambutnya frustasi. Tangannya memegang erat selembar foto yang telah ia amati sedari tadi. Dalam pikirannya hanya satu hal yang ingin ia lakukan.
Kembali ke Korea! Secepatnya!

***
Satu hari..
Dua hari..
Tiga hari..
Sudah tiga hari seorang yeoja tertidur dengan tenang di ranjang rumah sakit. Atau lebih tepatnya ia dalam keadaan koma. Sekarat.

Setiap hari Kyuhyun duduk di samping ranjang istrinya. Ia bahkan merasa enggan untuk mengisi perutnya atau sekedar membersihkan diri. Tanpa memperdulikan penampilannya kini yang berantakan, tangan Kyuhyun terus saja menggenggam erat jemari Eunbin. Ia terus meminta maaf pada istrinya yang masih saja memejamkan mata.

Penyesalan.

Itulah yang kini menghantuinya. Ia merasa telah menjadi suami terburuk di dunia ini. Ucapan dokter sewaktu ia tiba di rumah sakit masih terngiang-ngiang jelas di ingatannya.

‘Tuan Cho, sebagai seorang suami bagaimana anda tidak tahu kalau jantung istri anda mengalami pembengkakan?!’

Tatapan dari Tuan dan Nyonya Cho juga Ahra yang tengah menggendong Eunna terlihat kecewa sekaligus kasihan pada Kyuhyun. Bagaimanapun juga mereka turut merasa bersalah karena tidak pernah tahu permasalahan yang ada di keluarga kecil Kyuhyun.

“Yeobo.. jebal irreona.. tak tahukah keadaanmu sekarang ini membuatku sangat takut? Aku masih membutuhkanmu- sangat.. jebal.. irreona.. yeobo.. Cho Eunbin..”

Kyuhyun selalu mengulang ucapan yang sama setiap hari. Ia mencium punggung tangan Eunbin berulang-ulang.

Tak lama kemudian tangan Eunbin yang ada di genggaman Kyuhyun bergerak lemah. Namja itu memanggil-manggil nama istrinya.

“Yeobo.. kau bangun? Naya.. dangshineun nampyeon..” ucap Kyuhyun lega. Tuan Cho dan Nyonya Cho serta Ahra turut mendekat.

“Op-pa.. k-kau.. kem-bali..” ucap Eunbin terbata-bata. Ia terlihat sulit bahkan untuk mengucapkan kalimat yang pendek.

“Yeobo.. aku salah, maafkan aku.. aku-”

“A-ni op-pa..” potong Eunbin lemah. Tatapannya beralih pada ayah dan ibu mertuanya yang ada disamping lain ranjangnya. Ia tersenyum melihat keluarganya berkumpul.

“A-boe-nim, eo-mo-nim eon-ni.. terima-kasih.. selama-ini kali-an telah meng-ang-gapku ke-luarga”

“Chagiya, apa yang kau katakan eoh.. kami yang bersyukur karena malaikat sepertimu telah datang di kehidupan kami” ucap Nyonya Cho, airmata berlinang di kedua matanya yang sipit.

“Eunbin-ah.. kau harus bertahan demi kami semua” ucap Tuan Cho dengan nada khawatir.

“Saengi-ya, kau pasti sembuh, kau harus yakin itu” tambah Ahra.

Eunbin tersenyum lemah, pandangannya kembali mengabur tapi ia belum ingin tertidur untuk waktu yang lebih lama. Ada hal yang harus ia katakana pada suami tercintanya.

“Op-pa..”

Kyuhyun mengangguk saat Eunbin memanggilnya. Ia terus menggenggam tangan Eunbin yang mulai terasa dingin. Air matanya yang telah ia bendung lolos begitu saja.

“Ul-ji-ma..”
Kyuhyun mengangguk, ia tak sanggup untuk berkata-kata.

“Eun-na.. uri- na-ri.. je-bal.. sa-yang-i dia op-pa.. yak-sok?” ucap Eunbin lemah.

Kyuhyun mengambil Eunna yang ada di gendongan Ahra. Ini adalah kali pertama ia menggendong Eunna. Tangan kanannya kembali menggenggam jemari Eunbin yang semakin melemah dan dingin.

“Yeobo.. aku berjanji akan menyayangi Eunna, uri nari.. jebal kau harus bertahan.. kami membutuhkanmu.. kumohon.. aku sangat mencintaimu.. kumohon yeobo.. maafkan aku..” pinta Kyuhyun.

“Eomma”

Eunbin tersenyum melihat putri kecilnya memanggilnya di gendongan sang ayah. Ia bahagia.

“Wak-tu-nya su-dah ti-ba op-pa.. nan haeng-bok-khae.. ja-ga Eun-na.. sa-rang-hae..”

Bunyi panjang alat medis yang menopang hidup Eunbin membuat keluarga Cho histeris. Tangan Eunbin tak lagi menggenggam tangan Kyuhyun. Kedua mata yang selalu bersinar itu telah terpejam untuk selamanya.

Tak akan ada lagi sosok istri yang sangat Kyuhyun cintai. Tak akan ada lagi sosok istri yang menyambutnya saat ia pulang dari kantor. Tak akan ada lagi sosok istri yang akan memasak untuknya meskipun ia tidak meminta.

Tak akan ada lagi.. Semua itu telah pergi..

Isak tangis pecah seketika di ruangan pasien. Beberapa dokter dan perawat berlarian menuju ruangan itu. Seorang perawat menggendong Eunna karena Kyuhyun juga terlihat kalut. Nyonya Cho dan Ahra menangis hebat di pelukan Tuan Cho sementara Kyuhyun terus memanggil Eunbin.

“YEOBO.. KAJIMA..”
“JEBAL.. AKU SANGAT MEMBUTUHKANMU.. JANGAN TINGGALKAN AKU..”
“CHO EUNBIN! AKU SANGAT MENCINTAIMU.. KUMOHON..”
“JANGAN TINGGALKAN KAMI, AKU DAN PUTRI KITA MEMBUTUHKANMU.. KUMOHON..”

Meskipun ratusan kali Kyuhyun memohon, Eunbin tak akan lagi membuka matanya. Istri yang sangat ia cintai itu telah pergi menyusul ayah dan ibu mertuanya untuk selamanya.

Wajah cantik yang selalu menampakkan senyum yang mampu membuat hatinya damai itu telah pergi untuk selamanya.

The End~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar